Friday, August 5, 2016

The next step: Story of my Life part IV - A tough way

Sebelumnya di Miracle?

I got a job even before I graduated, wow... this is just unbelievable. Well if I have any experience, I won't say anything but for me who don't have enough experiences either in organization nor in working, along with null portfolio,  I can say this will never happened without a God's plan.


Jika ada di antara kalian yang berpikir ingin cepat-cepat lulus kuliah, percayalah kalian mungkin akan menyesali pemikiran kalian tersebut. Pesan saya, nikmatilah saja masa-masa kuliahmu. Dunia kerja berbeda 180 derajat dari kehidupan kuliah kamu. Menarik? Ya tentu saja menarik dan semua hal di dunia ini pastinya memiliki keunikannya masing-masing. But sometimes things are tougher than its seem.

Tepatnya tanggal 21 Maret 2016, itu adalah hari pertama saya bekerja dan jujur, saya tidak tahu pasti apa yang akan saya kerjakan kala itu. Maksud saya, lapangan tempat saya bekerja ini merupakan sesuatu yang sangat baru di mata saya, dan itu sama sekali tidak pernah saya dapatkan selama perkuliahan. Hingga detik pos ini ditulis, masih ada sedikit bayangan abu-abu dalam pikiran saya, tak kurang rasa cemas akan hal ini dan itu juga terbesit dalam pikiran saya. Ya, harus saya akui rasa takut itu tetap ada, saya khawatir saya tidak bisa mengikuti pembelajaran ini dengan cepat dan itu bisa mengakibatkan saya harus menyerah... tentu saja saya tidak mau hal itu benar-benar terjadi.

Bulan Agustus 2016....

Waktu berlalu sangat cepat, saya ingat dua bulan pertama saya diisi dengan pelatihan... ya tentu saja otak ini dipenuhi dengan teori A, B, C, dan sebagainya, sayangnya semua teori ini tidaklah cukup. Pandangan saya masih buram dan saya berpikir apakah ada yang salah dengan otak ini. Di bulan ketiga, saya mulai menerapkan teori yang saya dapatkan, tidak lebih dari separuh, namun rasanya saya masih merangkak perlahan dengan mata tertutup. Di bulan keempat saya mengalami dan belajar sesuatu yang sejatinya tidak perlu saya pahami dengan mendalam, tapi paling tidak dari sini saya bisa bersyukur karena saya telah mengambil pilihan yang tidak salah. Akhirnya, kurang dari satu bulan sebelum akhir dari penentuan itu tiba, saya mulai bisa berdiri dan berjalan sekarang, meskipun kedua kaki ini mungkin masih belum kuat untuk berlari.

Akhir dari masa itu akan segera tiba, sedikit bocoran tepatnya di bulan September nanti. Saya tidak tahu apakah saya harus merasa khawatir atau biasa saja di waktu penentuan yang semakin dekat ini. Di satu sisi saya takut jika saya harus mundur, di sisi lain apapun hasilnya nanti saya sudah mengerahkan seluruh kemampuan saya. Paling tidak sekarang saya sudah bisa berjalan dari yang sebelumnya merangkak saja pun tidak bisa. Kita lihat saja nanti apa hasilnya :) Right now, the next story of my life is still folded, FYI, God is working on it. Fighting!

Saturday, June 4, 2016

The next step: Story of my Life part III - Miracle?

Sebelumnya di Persiapan

Setelah melamar saya tidak berharap banyak, karena saya juga sedang fokus mempersiapkan sidang dan juga hendak pindah kos. Tepat di hari terakhir saya magang, smartphone saya berdering, sebuah panggilan masuk datang


"Halo, dengan saudari xxx, saya x, dari perusahaan y. Anda melamar untuk posisi junior application development engineer melalui jobstreet, apa benar?" Eh.. pikiran saya terhenti sejenak. Wah lamaran yang saya masukan sebulan yang lalu mendapatkan jawabannya sekarang ternyata. Hmm...? dan telepon masih terus berlanjut. "Sekarang sudah lulus belum ya?" Lagi nunggu sidang nih. "Oh, kalau gitu kapan mba bisa mulai kerja jika diterima?" Dalam hati saya berkata, "Wah, jadwal sidang skripsi saja belum keluar, gi mana mau kerja?". Terang saja langsung saya jawab bulan April 2016.

Tidak berhenti sampai di situ, jantung saya kembali dibuat shock karena HR meminta saya untuk melakukan interview langsung di esok harinya. Kebetulan telpon itu datang pada hari Jumat, jadi ya... sesuai dugaan proses interview dilakukan di hari libur... What the..... asdfgh. Tapi ya sudah saya sanggupi saja. Perkara lolos engganya itu belakangan. Bye my precious holiday... Proses interview yang dilakukan terdiri dari tes teknikal, interview HR, dan interview user.

Malamnya saya harus mempersiapkan ina itu ini ito, meskipun beberapa berkas seperti transkrip nilai dan ijasah tidak dapat saya penuhi. 'La wong sidang wae durung... .-. jadwal e durung metu -_-'. Keesokan harinya saya datang pukul 9.30 dan melakukan tes hingga kurang lebih pukul 11.00. Setelah technical test selesai, interview dengan user akan dilanjutkan. Namun karena waktu sudah menunjukan pukul 12.00 (istirahat), saya diminta untuk menunggu dan kembali lagi pukul 13.00. Oh man, waktu itu saya benar-benar seperti orang kikuk, bayangkan itu hari Sabtu di mana kebanyakan tempat tutup dan bisa dibilang sangat sepi. Di mana saya harus menunggu selama 1 jam?

Tidak mungkin juga jika saya menunggu di depan lift selama 1 jam. Akhirnya saya memutuskan untuk duduk di mini market terdekat. Sedari menunggu, tiba-tiba teman saya mengabarkan jika jadwal sidang kami telah keluar... #dang 4 Maret pukul 17.20-21.00. FYI, sebenarnya saya berharap jangan dapat jadwal malam, tapi apa daya.. tidak ada yang bisa diubah. Tanggal 27 Februari menuju 4 Maret bukanlah waktu yang lama. Terlebih tanggal 1 Maret saya harus pindah kos ke daerah Binus lagi.

Berita ini membuat saya tidak memikirkan lagi perkara diterima atau ditolaknya lamaran saya. Yang ada di kepala saya saat itu hanya bagaimana caranya saya membagi waktu untuk mempelajari skripsi yang merupakan kunci akhir kehidupan perkuliahan saya selama 3.5 tahun ini. Akhirnya waktu menunjukan pukul 13.00 lebih, saya kembali ke atas untuk melanjutkan interview. Ternyata user-nya orang India dan seperti requirement awal, interview dilakukan dengan bahasa inggris, namun terus terang telinga saya agak sedikit kesulitan mendengar bahasa inggris dengan aksen India, tapi untung saja interview masih berjalan lancar dan satu hal yang paling tidak bisa dipercaya adalah ketika user menanyakan kapan saya bisa mulai bekerja karena saya diterima #eh.. o.o

I got a job even before I graduated, wow... this is just unbelievable. Well if I have any experience, I won't say anything but for me who don't have enough experiences either in organization nor in working, along with null portfolio,  I can say this will never happened without a God's plan.

bersambung...

Sunday, May 1, 2016

The next step: Story of my Life part II - Persiapan

Sebelumnya.... di Kilas balik

Jika saya memutuskan untuk bekerja di luar bidang kuliah saya sekarang, sejujurnya saya tidak perlu ambil pusing tentang itu. Namun nampaknya kamu boleh sebut saya orang yang aneh-gila. 



Akankah saya mendapatkan pekerjaan setelah lulus yang sesuai bidang saya sementara skill saya saja masih mendasar? Perlu diketahui saya bukanlah tipe orang yang baru mulai bisa merangkak, tapi berani mengungkapkan kalau saya juga bisa berjalan, berlari, dan melompat. Tidak, saya tidak sepercaya diri itu. Saya tidak mau pandangan orang pada saya jatuh karena penilaian seseorang terhadap suatu skill itu relatif. Di mata saya, paling tidak ketika saya bisa menguasai minimal 3 kemampuan, mungkin barulah saya berani berujar... "Ya, saya bisa skill tersebut"

Pertanyaan selanjutnya, apakah ada perusahaan yang mau menerima seseorang dengan skill yang dibilang mengambang ini. Sementara jika kamu perhatikan, rata-rata perusahaan membutuhkan skill yang amat beragam, penggunaan framework a,b,c,d, familier dengan bahasa a, b, c, dan lain sebagainya. Kalau saya orang dengan kepercayaan diri tinggi, saya mungkin akan menuliskan saya bisa bahasa C, C++, Java, C#, dan sebagainya. Mengingat kampus pernah mengajarkan mereka semua. Namun ketika ditanya seberapa dalam kamu memahaminya? Apa jawaban kamu? Apakah kamu benar-benar paham sampai ke akarnya, atau tahu dan pernah menggunakannya sebentar, atau jangan-jangan hanya asal tahu saja, lalu tulis saya bisa ini. Toh dulu pernah lihat format penulisannya juga.

Bulan Januari 2016 jadwal penyerahan skripsi makin dekat. Di satu sisi saya juga berpikir kalau saya sudah lulus nanti saya mau ke mana? Hmm, coba melamar-lamar saja kali ya, siapa tahu dapat panggilan. Sekedar informasi, saya bukan anak yang aktif di organisasi maupun ikut seminar/ workshop sana sini. Sebut saja saya anak kupu alias kuliah pulang. Alhasil, tentu saja CV saya polos tak berwarna, dan saat menulis skill - inilah hal yang paling saya takuti. Saya memang pernah belajar di kampus tentang bahasa C, C++ tapi sudah lupa semua. Sementara pelajaran web programming tidak saya dapatkan di perkuliahan karena saya mengikuti program magang tidak kuliah :p.

Oh Yes, lihat apa yang sudah kamu perbuat? Kenapa kamu seceroboh dan sebodoh itu? Akhirnya saya memutuskan untuk menulis 2 bahasa pemrograman yang saya ketahui C# dan Java- tidak terlalu mendasar sekali namun juga tidak mahir. Sudah kubilang kan, kalau penilaian skill itu relatif. Karena itu saya tidak berani menuliskan persentase maupun bintang-bintang yang sering dilakukan oleh kebanyakan orang saat membuat CV.

Bermodalkan unsur 'tekad nekat' saya sudah membuat list perusahaan tempat saya ingin melamar baik melalui job portal kampus maupun job portal populer di Indonesia. Kurang lebih ada 14 perusahaan yang ingin saya lamar. Namun karena saya mulai sibuk menjelang penyerahan skripsi dan persiapan untuk sidang saya mengurungkan rencana awal. Saya berpikir perusahaan mana yang mau memanggil wawancara anak yang belum lulus, selesai magang saja belum. Jadi saya memutuskan untuk melamar setelah selesai sidang saja, hitung-hitung sambil belajar meningkatkan skill juga sedari menunggu. Anehnya, saya iseng memasukan sebuah lamaran ke satu perusahaan di akhir bulan Januari melalui job portal populer.

Seorang teman saya menanyakan, "kamu tidak melamar lewar job portal kampus saja? Sepertinya kesempatan panggilan lebih tinggi." Benar juga ucapannya dan saya memutuskan melamar ke 4 tempat yang berbeda. Setelah melamar saya tidak berharap banyak, karena saya juga sedang fokus mempersiapkan sidang dan juga hendak pindah kos. Tepat di hari terakhir saya magang, smartphone saya berdering, sebuah panggilan masuk datang

Bersambung...

The next step: Story of my Life part I - Kilas Balik

Kira-kira sudah hampir 2 bulan lamanya saya lulus S1. Senang? tentu saja. Tapi ada satu hal yang saya rasakan cukup berbeda, malah amat sangat berbeda dari sebelumnya. Saya tidak tahu apakah ada sesuatu yang salah dengan diri saya, atau memang inilah kenyataan hidup. Sedikit flashback....beberapa bulan yang lalu, jauh sebelum saya menjalani sidang skripsi, saya berpikir dan bertanya pada diri saya, "kemampuan apa yang sudah kamu miliki untuk menjadi bekal dalam menjalani dan bertahan di kehidupan ini nanti? Bermain game? Menjadi penulis?" Hmm... bisa jadi, pertanyaan selanjutnya hingga usia berapa saya hendak melakukan kedua hal tersebut. Apakah saat usia saya menginjak 30 nanti saya masih akan tetap menulis untuk menyambung hidup saya? Entahlah.... hanya Tuhan yang tahu. Buku masa depan saya juga masih terkunci rapat di atas sana dan sekarang ini, saya tidak mau ambil pusing tentang itu.

Namun kenyataannya sebagian dari diri saya berkata lain, kurang lebih 3.5 tahun lamanya saya berkuliah di jurusan Teknik Informatika. Apakah saya menemukan passion coding dalam diri saya di kala perkuliahan? Jawabannya tidak, bahkan saya sempat berpikir mungkin saya telah salah jurusan. Tapi bukan berarti saya membecinya. Jika saya membencinya mungkin saya tidak berada di kondisi saya saat ini. Satu hal nasihat dari saya, percayalah walaupun kamu menyukai hal-hal berbau komputer bukan berarti kamu harus masuk TI, begitu pula sebaliknya. Banyak juga yang bilang jika kamu dari IPA maka masuk TI, jika kamu dari IPS kamu masuk SI.

Kembali ke masa lalu, saya melihat coding sebagai suatu kewajiban yang harus saya jalankan untuk bisa menyelesaikan tugas-tugas yang ada di perkuliahan saya. Tidak lebih. Ya, itu saja. Ironis bukan? Lebih buruknya lagi, penanaman konsep yang tanpa akar mendasar menjadikan pandangan saya tentang coding semakin rumit. Jika diibaratkan, kamu baru saja belajar bagaimana cara merangkak, tiba-tiba kamu harus siap dan diajarkan untuk melompat, tapi kamu juga diminta untuk berlari sambil salto. Terbayang?

Kamu mungkin berpikir, "Hello, kita sudah mahasiswa. Kamu bukan anak kecil lagi, kalau belajar sendiri juga pasti bisa." Hmm.... ya mungkin itu berlaku untuk kamu, tapi tidak untuk saya. Lebih beruntung lagi jika kalian berasal dari sekolah menengah kejuruan dan bukannya sekolah menengah atas seperti saya. Beberapa SMA mungkin juga ada yang sudah memberikan pembekalan tentang apa itu coding, sayangnya... sekali lagi berasal dari sekolah daerah membuat saya tidak tahu tentang itu. Ironisnya setahun setelah kelulusan saya, SMA saya mengubah kurikulumnya dan memberikan pengajaran coding untuk pelajaran TIK. Apa yang salah dengan angkatan saya :/ ?

Pada saat saya berkuliah dan mendapatkan pelajaran coding, saya berusaha - bersusah payah untuk mengikuti dan memahaminya dengan baik. Sayangnya kamu akan sering menemukan pengajar yang pandai secara ilmu namun kurang kemampuan dalam hal menjelaskan. Sehingga ketika kamu bertanya, kenapa dan bagaimana? Kamu tidak akan mendapatkan jawaban yang memuaskan, intinya kamu hanya akan menemukan jawaban, "pokoknya begitu caranya. kalau susah hafalkan saja urutannya."

WTH is that? Kalau dipikir-pikir lucu jaga rasanya bagaimana dulu saya malah menerima saja saran tersebut. "Well, I must admit I've done that." Jika kamu dibekali dengan otak yang genius, tidak akan sulit bagi kamu untuk segera menemukan jawaban atas mengapa dan bagaimana hanya dengan browsing di Google saja. Sayangnya tidak semua orang dikaruniai dengan anugerah tersebut.

Kalau kamu membaca banyak artikel yang mengungkapkan lulusan TI tidak bisa koding, sebenarnya hal itu tidak salah. Pertanyaannya siapa yang salah dan harus disalahkan di sini? Menjelang skripsi saya mulai harap-harap cemas dengan hal tersebut. Tidak bisa koding - apa apaan itu. Seorang lulusan TI tidak bisa koding. Namun tahukah kamu jika ketakutan yang kamu miliki justru bisa mengubahnya jadi keberanian. Trust me, it's worked. 

Pekerjaan saat saya magang tidak membutuhkan skill coding. Alhasil, saya harus belajar sendiri di kala saya senggang. Yang ada di pikiran saya kala itu, saya tidak mau saat sidang nanti saya tidak bisa menjawab. Oleh sebab itu, saya pelajari titik teori yang menjadi landasan paling mendasar. Mencari jawaban atas mengapa dan bagaimana? Mengapa harus menggunakan a atau b, bagaimana suatu proses bisa terjadi, dan lain sebagainya. Saya mencari tahu bukan tempe asal usulnya, bukan sekedar jawaban instan.

Jika saya memutuskan untuk bekerja di luar bidang kuliah saya sekarang, sejujurnya saya tidak perlu ambil pusing tentang itu. Namun nampaknya kamu boleh sebut saya orang yang aneh-gila. Ketika semua orang justru mencari hal yang mudah, di mana kamu bisa mendapatkan penghasilan melalui hobi kamu yang sudah terbukti, kenapa kamu justru memilih jalan yang baru (baca: yang belum pasti)? Apakah ada perusahaan yang mau menerima seseorang seperti kamu? Ya sejujurnya inilah hal yang paling saya takuti.

Bersambung... Persiapan

Sunday, March 20, 2016

Akhirnya masa belajar saya selesai... Saya Lulus S1! #victorycry

Tahun 2015 lalu merupakan tahun yang cukup sibuk dan berat bagi saya, berbagai masalah mulai dari porsi kecil, sedang, besar, hingga complicated sudah saya temui dan berhasil saya lalui. Awal tahun 2016 pun, saya masih tetap sibuk... Hiks hiks... Sudah lama sekali rasanya, saya tidak menulis lagi... kangen...? Ya, kalau boleh jujur, tentu saja saya kangen sekali, mungkin terakhir kali saya menulis adalah September tahun 2015 lalu. Bukan nulis skripsi lho ya... Kalo itu masih membekas di jari saya bahkan :p

Beberapa orang mungkin mengenal saya sebagai seorang penulis/ kontributor untuk Tech In Asia Games (Januari 2013 - Agustus 2015). Tapi saya sudah menghilang... bak ditelan bumi. Saya juga membuat beberapa gameplay video untuk channel YouTube saya sendiri. Namun saya juga sedang absen selama beberapa lama tidak memberikan kontribusi maupun mengunggah video baru. Yang terparah lagi adalah backlog game di iPad saya yang jumlahnya melebihi 50 games, dan mungkin lebih dari separuhnya belum pernah dimainkan sama sekali. Cukup gila memang, tapi itulah saya.... sebuah kebiasaan buruk yang tak pantas ditiru. Oh ya, sekarang saya sudah berusaha mengontrol diri untuk tidak membeli game pada hari pertama lagi.... Don't worry -backlog-, I'll play you one by one... :')

Percayalah ini belum ada yang dimainin :( kecuali folder simulation sama Now Playing

Sebenarnya saya ingin sekali untuk kembali, tapi rasanya waktu berjalan terlalu cepat dan saya sedikit ragu dengan kesiapan saya untuk bisa kembali seperti yang dulu, fenomena-fenomena yang terjadi di sekeliling saya silih berganti begitu cepatnya, sampai-sampai saya tidak percaya kalau saya bahkan tidak mengalami masa di mana seorang mahasiswa yang sudah lulus itu akan 'menganggur'. Tunggu, saya tahu apa yang kamu pikirkan... Seharusnya saya bahagia, ketika mungkin banyak di antara mereka yang sedang mengalami fase tersebut dan bersedih karenanya, sementara saya sendiri tidak. Tapi, sejujurnya saya benar-benar berharap bisa pulang ke kampung halaman saya selama 2 minggu untuk menghirup napas lagi, ya itu saja... paling tidak sebelum saya menempuh kehidupan saya yang baru di keesokan harinya. Sayangnya, itu hanya angan-angan semata saja. Oke, kita lanjutkan ceritanya

Saya serius ketika saya berkata kejadian-kejadian yang terjadi 3 minggu ke belakang ini berjalan begitu saja, mengalir bagai aliran sungai yang deras. Waktu di mana saya mengetahui jika tanggal 4 Maret 2016 akan menjadi tanggal penentuan kelulusan saya setelah berkuliah selama 3.5 tahun, tepat pada detik itu juga pikiran saya seolah terhenti dan hanya berfokus ke satu hal. Sayangnya pada keyataannya, apa yang terjadi tidak selalu berbanding lurus dengan apa yang kamu harapkan. 

Awal Maret merupakan hari-hari yang cukup sibuk bagi saya karena saya harus berkemas untuk pindah kembali menge-kos di Binus. Alasan menarik, kenapa harus kembali ke jalanan yang sempit dan sering macet, setelah setahun sebelumnya kamu sudah tidak mengalami itu lagi? Sederhana saja, saya sudah lelah berada di lokasi yang cukup 'terisolasi' dari teman serta saudara, dan di mata saya Binus sudah menjadi lokasi yang cukup strategis, terlepas dari fakta jika sekarang saya jauh dari Mall, setelah sebelumnya hanya perlu berjalan kaki kurang dari 5 menit saja untuk sampai ke pusat perbelanjaan bergengsi di Jakarta Pusat :p (Ya, siapa pula yang tidak menginginkan hal itu?)

Rasanya jam berhenti nih :p

Persiapan untuk sidang sendiri terasa tidak terlalu maksimal di mata saya, ada sedikit rasa bersalah dan penyesalan kala itu. Sesuatu yang sebenarnya mungkin bisa dicegah ketika saya bisa mempersiapkannya lebih baik lagi di awal. Namun di satu sisi, pernahkah kamu mendengar jika orang pandai sekalipun akan dikalahkan dengan orang yang beruntung? Haha... saya hanya bercanda. Ya sudahlah tidak ada yang perlu disesali dan dikhawatirkan lagi, apa yang sudah terjadi.. dan berlalu, biarlah berlalu dan biarkan itu menjadi sebuah kenangan dalam sebuah kotak yang bernama 'KMK' alias Kenangan Masa Kuliah hahaha. Seumur hidup juga hanya terjadi sekali bukan?

Ketika masa sidang selesai, saya berpikir: 'Yes, bisa santai sejenak!' dan drum roll, please.... Pemikiran saya salah total, terkecuali jika saya mau memperpanjang masa revisi saya dengan menggunakan surat extend (dispensation) yang mana saya tidak mau itu terjadi. Saya berpikir 2 minggu pasti cukup, bahkan awalnya saya mengira 1 minggu juga pasti cukup. Namun sekali lagi, kenyataan berkata lain dari teori prediksi awal saya.... dan bisa dibilang hal-hal yang menghambat revisi saya terbilang ringan namun keringanan tadilah yang menyita banyak waktu, sungguh... amat banyak. Tapi dari sini, kamu akan belajar untuk benar-benar menghargai goresan-goresan sederhana nan mematikan, yang bisa diibaratkan itu adalah penentu kamu untuk bisa diwisuda atau tidak... Ya saya serius... Terlepas dari kewajiban kamu harus bayar untuk prosesi wisuda pastinya.

Selesai! Yes, lulus... tinggal tunggu wisuda :)

Tanggal 19 Maret 2016 kemarin akhirnya saya berhasil menyelesaikan sebuah tahap akhir untuk membuka babak yang baru, an unknown chapter. Ya, saya berhasil menyelesaikannya dengan terlambat sehari dari deadline yang sudah ditentukan. Sebenarnya, kemarin adalah hari keberuntungan saya... ya saya sendiri juga tidak menyangka jika kebetulan itu benar-benar membawa keberuntungan bagi saya, Tuhan memiliki rencana yang terbaik bagi saya dan memberikan saya jalan yang terbaik sesuai dengan rancanganNya. I'm really grateful for that. Di saat kamu menyerahkan segala sesuatu ke tanganNya, di saat itulah Ia akan bekerja dan memberikan kamu yang terbaik.

Sebenarnya kamu mungkin bertanya-tanya apa yang saya lakukan satu tahun ke belakang ini? Kampus saya memiliki 3 model skripsi (tahun 2016), dan saya mengambil salah satu model yang namanya skripsi 3+1, yang awalnya berarti kuliah 3 tahun dan magang 1 tahun. Kenyataannya saya hanya berkuliah dari semester 1-5, dan semester 6-7 saya magang di salah satu perusahaan terkenal di Indonesia yang bergerak di bidang industri game. Terlibat dan melihat secara langsung bagaimana sebuah game itu dibuat menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi saya. Dahulu saya pernah berkata pada diri saya sendiri jika saya ingin turut berkecimpung di bidang game tidak peduli baik itu sebagai developer maupun jurnalis, asalkan itu game saya akan terjun di dalamnya. Hahaha.... 

Rasanya saya begitu egois dan amat idealis kala itu, bahkan mama saya cukup khawatir mendengar celotehan anaknya yang terdengar konyol. Sementara kita semua tahu, Indonesia sendiri belum memiliki pasar industri game yang cukup besar dan kuat, dan di mata orang tua hal tersebut bukanlah sesuatu yang baik bagi anaknya. Kendati demikian mama saya tetap mendukung 100% keputusan saya.

Thank you everyone for the hospitality
Waktu demi waktu berlalu, ada banyak hal yang terjadi dalam diri saya dan saya pelajari sedikit demi sedikit hingga saya menemukan dan memutuskan jika bekerja di bidang game bukanlah keinginan saya, bukan berarti saya melihat game itu membosankan atau saya membenci game atau tidak suka dengannya. Hanya saja, sekarang di usia saya yang menginjak 22 tahun, saya tahu jika saya melihat game sebagai sebuah seni dan bukan lagi menjadi sesuatu yang bisa dikaitan dengan uang. Ya, kamu bisa mendapatkan uang dari mengembangkan game (game developers), bermain game (pro-gamer), maupun mengulas game (game journalist). Siapa juga yang tidak mau dibayar untuk melakukan hal yang disukainya?

Hanya orang bodoh bukan? Ya mungkin saya termasuk orang bodoh itu, namun mungkin kebodohan dan keidealisan saya yang kedua kalinya ini adalah jalan yang terbaik dan harus saya lalui. Saya berpikir jika sebuah fantasi akan bisa saya wujudkan kembali kapan saja bahkan saat saya sudah berumur tapi tidak dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu sekarang selagi saya masih sanggup, ini saat yang tepat bagi saya untuk mencari ilmu lebih luas lagi dan belajar sesuatu yang baru yang saya butuhkan sebanyak-banyaknya. Saya ingin membangun dan memiliki sebuah fondasi yang kuat :). Tentu saja saya tidak akan melupakan kenangan-kenangan tadi, masa di mana saya mengulas game, mendesain game, membantu indie game developer untuk proses testing, dan tentu saja saya masih akan tetap bermain game :D.




Sedikit cerita dari pengalaman saya selama magang di perusahaan game selama setahun. Saya mendapatkan 2 pengalaman, salah satunya adalah dengan bekerja sebagai game tester yang mana saya percaya kalian akan amat sangat meremehkan pekerjaan tersebut dan pasti tidak sedikit dari kalian yang berkata seperti ini:

"Ah, cuma main game doank apa susahnya?"


"Idih enak banget kamu cuma main game doank kerjaannya, anak kecil juga bisa"


Tapi tahukah kamu jika menjadi game tester itu tidak semua orang bisa melakukannya? Saya amat sangat salut terhadap mereka yang sanggup bertahan menjadi quality assurance selama bertahun-tahun, kudos untuk mereka. Tanpa keberadaan mereka dalam sebuah industri game, saya bisa jamin kamu akan memainkan sebuah game dengan terus menerus ngomel-ngomel entah karena bug sepele maupun yang fatal katakanlah crash setelah bermain selama 5 menit (bukan karena low memory) :p. 

Hal kedua yang perlu kamu ketahui, seorang programmer tidak akan setangguh QA untuk melakukan pengetesan kembali terhadap apa yang ia kerjakan secara berulang-ulang. Mungkin bisa diibaratkan dengan kalimat seperti ini, "Kodingnya saja sudah dilihat terus menerus sepanjang hari dengan memeras otak, tenaga, dan pikiran. Kalau harus cek sendiri lagi dengan teliti, lebih baik bunuh saya saja :'). Oleh sebab itu, peran QA yang kamu mungkin anggap remeh ini justru sangat penting di sini. Kalau QA sudah bilang oke dan kenyataan berkata lain, siapa yang salah? QA yang salah... kenapa tidak melaporkan T__T.

Namun satu hal yang paling mengesalkan adalah ketika kamu membaca komentar-komentar user yang entah terlalu polos atau apa, mereka tidak bisa membedakan apakah itu benar-benar bug atau kesalahan karena device mereka. Percayalah itu sungguh menjengkelkan ketika kamu sudah yakin 99% dengan game yang kamu tes tadi bebas dari bug .. Iya 99% bug free, 1% human error rate with very rare chance :p dan tiba-tiba sebuah komen cukup konyol muncul di kolom review. Tapi mungkin di situ juga letak keseruannya.

Hal ketiga yang tak kalah penting jika kamu ingin menjadi QA, kamu harus bisa dan siap bermain semua game tanpa memandang genre apakah itu. Untung saja selama saya menjadi QA saya tidak diminta mengetes game aneh-aneh seperti pertanyaan kalkulus misalnya, atau bermain game bergenre poker/ dice/ Trading Card Game. Karena jika iya... mungkin sejak tahun lalu, bendera putih selebar 1 meter sudah saya kibarkan dalam kantor :p saya menyerah... Untuk semua QA-QA yang sedang berjuang di luar sana tetap semangat, jasa kalian sungguh luar biasa...

Sebenarnya saya masih bisa bercerita lebih banyak lagi, tapi saya tahu kamu sudah mulai bosan melihat teks hitam ini, jadi saya sudahi saja. Terima kasih atas kesediaan kalian untuk membaca catatan penulis yang ga penting ini. Oh ya, sampai jumpa kapan-kapan di pos saya yang selanjutnya :p
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...