Sunday, May 1, 2016

The next step: Story of my Life part I - Kilas Balik

Kira-kira sudah hampir 2 bulan lamanya saya lulus S1. Senang? tentu saja. Tapi ada satu hal yang saya rasakan cukup berbeda, malah amat sangat berbeda dari sebelumnya. Saya tidak tahu apakah ada sesuatu yang salah dengan diri saya, atau memang inilah kenyataan hidup. Sedikit flashback....beberapa bulan yang lalu, jauh sebelum saya menjalani sidang skripsi, saya berpikir dan bertanya pada diri saya, "kemampuan apa yang sudah kamu miliki untuk menjadi bekal dalam menjalani dan bertahan di kehidupan ini nanti? Bermain game? Menjadi penulis?" Hmm... bisa jadi, pertanyaan selanjutnya hingga usia berapa saya hendak melakukan kedua hal tersebut. Apakah saat usia saya menginjak 30 nanti saya masih akan tetap menulis untuk menyambung hidup saya? Entahlah.... hanya Tuhan yang tahu. Buku masa depan saya juga masih terkunci rapat di atas sana dan sekarang ini, saya tidak mau ambil pusing tentang itu.

Namun kenyataannya sebagian dari diri saya berkata lain, kurang lebih 3.5 tahun lamanya saya berkuliah di jurusan Teknik Informatika. Apakah saya menemukan passion coding dalam diri saya di kala perkuliahan? Jawabannya tidak, bahkan saya sempat berpikir mungkin saya telah salah jurusan. Tapi bukan berarti saya membecinya. Jika saya membencinya mungkin saya tidak berada di kondisi saya saat ini. Satu hal nasihat dari saya, percayalah walaupun kamu menyukai hal-hal berbau komputer bukan berarti kamu harus masuk TI, begitu pula sebaliknya. Banyak juga yang bilang jika kamu dari IPA maka masuk TI, jika kamu dari IPS kamu masuk SI.

Kembali ke masa lalu, saya melihat coding sebagai suatu kewajiban yang harus saya jalankan untuk bisa menyelesaikan tugas-tugas yang ada di perkuliahan saya. Tidak lebih. Ya, itu saja. Ironis bukan? Lebih buruknya lagi, penanaman konsep yang tanpa akar mendasar menjadikan pandangan saya tentang coding semakin rumit. Jika diibaratkan, kamu baru saja belajar bagaimana cara merangkak, tiba-tiba kamu harus siap dan diajarkan untuk melompat, tapi kamu juga diminta untuk berlari sambil salto. Terbayang?

Kamu mungkin berpikir, "Hello, kita sudah mahasiswa. Kamu bukan anak kecil lagi, kalau belajar sendiri juga pasti bisa." Hmm.... ya mungkin itu berlaku untuk kamu, tapi tidak untuk saya. Lebih beruntung lagi jika kalian berasal dari sekolah menengah kejuruan dan bukannya sekolah menengah atas seperti saya. Beberapa SMA mungkin juga ada yang sudah memberikan pembekalan tentang apa itu coding, sayangnya... sekali lagi berasal dari sekolah daerah membuat saya tidak tahu tentang itu. Ironisnya setahun setelah kelulusan saya, SMA saya mengubah kurikulumnya dan memberikan pengajaran coding untuk pelajaran TIK. Apa yang salah dengan angkatan saya :/ ?

Pada saat saya berkuliah dan mendapatkan pelajaran coding, saya berusaha - bersusah payah untuk mengikuti dan memahaminya dengan baik. Sayangnya kamu akan sering menemukan pengajar yang pandai secara ilmu namun kurang kemampuan dalam hal menjelaskan. Sehingga ketika kamu bertanya, kenapa dan bagaimana? Kamu tidak akan mendapatkan jawaban yang memuaskan, intinya kamu hanya akan menemukan jawaban, "pokoknya begitu caranya. kalau susah hafalkan saja urutannya."

WTH is that? Kalau dipikir-pikir lucu jaga rasanya bagaimana dulu saya malah menerima saja saran tersebut. "Well, I must admit I've done that." Jika kamu dibekali dengan otak yang genius, tidak akan sulit bagi kamu untuk segera menemukan jawaban atas mengapa dan bagaimana hanya dengan browsing di Google saja. Sayangnya tidak semua orang dikaruniai dengan anugerah tersebut.

Kalau kamu membaca banyak artikel yang mengungkapkan lulusan TI tidak bisa koding, sebenarnya hal itu tidak salah. Pertanyaannya siapa yang salah dan harus disalahkan di sini? Menjelang skripsi saya mulai harap-harap cemas dengan hal tersebut. Tidak bisa koding - apa apaan itu. Seorang lulusan TI tidak bisa koding. Namun tahukah kamu jika ketakutan yang kamu miliki justru bisa mengubahnya jadi keberanian. Trust me, it's worked. 

Pekerjaan saat saya magang tidak membutuhkan skill coding. Alhasil, saya harus belajar sendiri di kala saya senggang. Yang ada di pikiran saya kala itu, saya tidak mau saat sidang nanti saya tidak bisa menjawab. Oleh sebab itu, saya pelajari titik teori yang menjadi landasan paling mendasar. Mencari jawaban atas mengapa dan bagaimana? Mengapa harus menggunakan a atau b, bagaimana suatu proses bisa terjadi, dan lain sebagainya. Saya mencari tahu bukan tempe asal usulnya, bukan sekedar jawaban instan.

Jika saya memutuskan untuk bekerja di luar bidang kuliah saya sekarang, sejujurnya saya tidak perlu ambil pusing tentang itu. Namun nampaknya kamu boleh sebut saya orang yang aneh-gila. Ketika semua orang justru mencari hal yang mudah, di mana kamu bisa mendapatkan penghasilan melalui hobi kamu yang sudah terbukti, kenapa kamu justru memilih jalan yang baru (baca: yang belum pasti)? Apakah ada perusahaan yang mau menerima seseorang seperti kamu? Ya sejujurnya inilah hal yang paling saya takuti.

Bersambung... Persiapan

No comments:

Post a Comment

If you think my post is helpful, left your comment below.. Thanks

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...